Nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak ditanam di wilayah Dataran Toili Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah yang sebagian besar mata pencaharian utama penduduknya dari sektor pertanian, menunjukkan minat yang besar terhadap budidaya tumbuhan ini.
Nilam sebagai tumbuhan obat aromatik bernilai ekonomi yang saat ini memiliki permintaan besar akan minyak atsiri. Minyak nilam banyak digunakan dalam industri rasa dan wewangian serta di obat-obatan.
Nilam tergolong dalam tumbuhan semak yang dapat tumbuh hingga kurang lebih satu meter. Bunganya berukuran kecil menyebarkan bau wangi yang kuat. Tumbuh dengan baik di tempat terbuka pada tanah yang subur dan lembab.

Pemanfaatan terhadap tumbuhan nilam dilakukan terhadap bagian daunnya. Pemangkasan daun (panen) dilakukan pada kurang lebih 6 – 7 bulan setelah tanam, dan dapat dipangkas setelahnya setiap kurang lebih 4 – 6 bulan. Beberapa sumber menyatakan bahwa tanaman ini memiliki umur ekonomis 2 – 3 tahun.
Minyak nilam termasuk minyak atsiri bernilai ekonomi, yang diperoleh melalui proses penyulingan dari daun menjadi minyak, dan selanjutnya dijual. Harga minyak nilam di sekitar Dataran Toili kurang lebih Rp 600.000 per kilogram. Ibarat pepatah, penyulingan itu “merubah daun menjadi uang”.
Bagaimana penyulingan mampu merubah daun menjadi uang?. Berikut gambaran umum mengenai penyulingan nilam dengan sistem kukus, di Dataran Toili.
Peralatan Penyulingan
Peralatan yang digunakan dalam proses penyulingan terdiri dari ketel suling, pipa uap, bak pendingin, dan tangki pemisah. Ketel suling merupakan tempat dilakukannnya penyulingan bahan baku. Bahan ketel umumnya terbuat dari stainless steel, sehingga kontak bahan, uap air, serta uap minyak yang dihasilkan dengan dinding ketel tidak mempengaruhi mutu minyak yang dihasilkan. Struktur ketel pada bagian dalam disekat dengan lempeng berlubang (plat stainless steel berlubang) seperti saringan pada alat kukus. Sehingga bagian ketel terbagi menjadi dua, bagian bawah berisi air sedangkan bagian atas digunakan untuk meletakan bahan baku.

Bak pendingin digunakan sebagai tempat untuk mendinginkan uap air dan minyak yang dihasilkan. Pada tahap pengembunan, pipa penyalur uap minyak akan didinginkan oleh air dalam bak pendingin. Dengan begitu, uap air maupun uap minyak hasil penyulingan akan diubah menjadi cair. Karena suhu air berperan penting dalam tahap pengembunan, maka air dingin harus selalu tersedia setiap saat.

Tangki pemisah berfungsi menampung air dan cairan minyak yang telah melewati proses pengembunan. Tangki pemisah memiliki pipa tempat keluarnya air.
Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang digunakan adalah air bersih yang tidak tercemar baik organik maupun non organik. Air yang digunakan sebanyak 1/3 bagian dari ketel (disesuaikan). Air juga digunakan untuk mengisi bak pendingin untuk mengembunkan uap. Dalam proses ini, air pendingin disediakan secara kontinyu, mengalir secara terus menerus, sehingga suhu dingin yang dibutuhkan terpenuhi secara kontinyu.

Bahan penunjang lainnya adalah kayu bakar. Penyulingan minyak nilam dilakukan dengan energi panas yang diperoleh dari hasil pembakaran kayu.
Proses Penyulingan
Air dimasukan ke dalam dasar ketel hingga 1/3 bagian ketel (disesuaikan). Selanjutnya, bahan dimasukan ke dalam ketel hingga padat dan ketel ditutup rapat.

Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan (plat stainless steel yang berlubang) dan melewati celah-celah bahan. Minyak dalam bahan akan ikut bersama uap panas melalui pipa uap penyalur uap yang didinginkan oleh air dalam bak pendingin. Selanjutnya uap air dan minyak akan mengembun dan mencair, kemudian ditampung dalam tangki pemisah.
Demikian uraian singkat mengenai penyulingan minyak nilam, semoga bermanfaat.